Medco E&P dan POI: Keindahan Wisata Di Anambas Mampu Tingkatkan Ekonomi Masyarakat

Balai Bersimpuh di Desa Belibak

ANAMBAS,RADARSATU.COM – Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA), Provinsi Kepulauan Riau, tidak hanya menyimpan kekayaan alam minyak dan gas bumi (migas) saja, namun juga keindahan alam dan fauna. Atas dasar itulah, masyarakat, Pemeritah KKA, bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di sana, tertarik untuk mengembangkan pariwisata dan pelestarian alam bahari dan fauna.

Diantaranya, Medco E&P Natuna Ltd (Medco E&P) dan Premier Oil Natuna Sea BV (POI) yang mendukung pengembangan pariwisata di Pulau Pangeran di Desa Belibak, dan Pulau Pahat.

Pesona keindahan pantai dan laut Kepulauan Anambas pernah dinobatkan sebagai kepulauan tropis terindah di Asia pada 2013 oleh saluran berita internasional CNN.com. Di Pulau Jemaja, kita akan menemukan pantai pasir putih halus dengan total garis pantai delapan kilometre seperti pantai Copacabana di Rio de Janeiro, Brazil

Dari gugusan pulau di sana, di Kecamatan Palmatak terdapat Desa Belibak atau yang lebih terkenal sebagai Pulau Pangeran, yang berpotensi menjadi destinasi wisata.

Lokasinya yang sangat strategis dan berhadapan dengan Resort Pulau Piugus menambah nilai jual destinasi wisata ini. Oleh karena itu, Medco E&P bersama masyarakat Desa Belibak berupaya mengembangkan wisata Pulau Pengeran.

“Desa Belibak memiliki obyek wisata sangat potensial, untuk itu, Pemerintah Kabupaten Anambas menetapkannya menjadi desa wisata,” ujar Bupati KKA Abdul Haris tiga tahun lalu.

Sejak dinobatkan menjadi desa wisata, Desa Belibak terus berbenah diri membangun infrastruktur desa dan seni budayanya seperti digelarnya Festival Layar Jongkong, sebuah festival seni budaya Melayu tahunan.

Pengembangan bisnis pariwisata bisa terus berkembang sampai kapanpun, jika kawasan itu dikelola terus sehingga terus menarik wisatawan. Dengan semangat itu, pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, menjadi salah satu upaya Perusahaan untuk mendorong industri kreatif berbasis komunitas dan memanfaatkan potensi alam serta budaya menjadi aset ekonomi jangka panjang.

Jongkong Wisata di Desa Belibak

Pada 2017, Medco E&P memulai pengembangan lewat berbagai Program Pengembangan Wisata Berbasis Komunitas di Pulau ini. Rangkaian program dilakukan Perusahaan bersama masyarakat dan pemerintah daerah, mulai dari pengorganisasian komunitas seni budaya dan kelompok wisata, penataan wilayah desa, dan pembangunan infrastruktur serta penguatan kapasitas masyarakat dalam promosi, manajemen, dan pengelolaan tempat wisata. Berbagai pelatihan kepada anggota POKDAWIS dilakukan seperti pelatihan seni tari Budaya, pelatihan pengelolaan Home Stay, Pembuatan paket wisata, Pada tanggal 28 Agustus, 2020, Medco E&P baru menyelenggarakan pelatihan membuat Promosi Wisata dan pelatihan tari kreasi Gasing. Dengan POKDARWIS yang kuat, bantuan Medco berupa Home Stay, Balai Bersimpuh dan Gebang Wisata “Tanjak” dapat dikelola dengan baik.

Senior Manager Relations & Security Medco E&P Drajat Imam Panjawi mengatakan, keseluruhan kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat Desa Belibak yang tergabung di Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Hal ini tidak hanya untuk mendorong jalannya kegiatan sesuai target namun juga untuk membangun rasa memiliki terhadap program ini.

“Besarnya partisipasi warga mendorong upaya mobilisasi sumber daya yang dimiliki masyarakat sehingga terbangun rasa memiliki program,“ ujar Drajat.

Gerbang Tanjak di Desa Wisata

Desa Percontohan, dengan menggandeng Yayasan Umar Kayam sebagai pendamping program, inisiasi Medco E&P mengembangkan Wisata Pulau Pangeran berdampak positif bagi masyarakat, terutama pada perekonomian dan pendapatan. Ketua Pokdarwis Afiar berharap wisatawan yang berkunjung dapat mengeksplorasi kekayaan alam dan budaya pulau ini.

“Berkat inisasi Medco E&P, kami masyarakat Desa Belibak dapat bergotong royong untuk mengembangkan industri pariwisata di Pulau Pangeran,” ujar Afiar.

Tiga tahun berpromosi dimana wisatawan gratis masuk ke Pulau Pangeran, kini pada 2020, mulai dikenai biaya, meskipun masih besifat sukarela Pokdarwis sebagai pengelola yang telah dibekali kemampuan untuk melayani wisatawan lokal dan mancanegara kini dapat berbangga. Pasalnya, kini desanya menjadi percontohan pengembangan desa wisata oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas.

“Desa Belibak memang belum seterkenal destinasi bahari lain seperti, Raja Ampat di Papua dan Labuan Bajo di NTT. Namun, cepat atau lambat, Desa Belibak akan menjadi destinasi wisata favorit para traveller,” ujar Afiar.

Kini Pulau Pengeran Belibak sering di kunjungi berbagai rombongan wisatawan lokal sebagi salah satu tempat rekreasi dan mengadakan pelatihan dan kegiatan outdoor. Kaum wanita juga ikut meningkatkan kualitas kulinernya dan produksi desa yang dijajakan sebagai oleh oleh para wisatawan yang datang.

Pulau Pahat, Surga Para Tukik

Konservasi Penyu, selain Pulau Pangeran, KKKS lain yang beroperasi di Anambas, Premier Oil Natuna Sea BV menggarap Pulau Pahat dengan gugusan pantai pasir putih nan bersih. Selain wisata bawah laut yang Indah, pulau ini juga menjadi konservasi Penyu Hijau dan Sisik. Wisata konservasi ini bisa menjadi pilihan menarik para traveller karena bisa menikmati suasana alam dan melihat hewan langka dilindungi ini berkembang biak.

Sejalan dengan ditetapkannya Anambas sebagai kawasan konservasi perairan nasional, maka kawasan konservasi ini juga mulai berbenah diri. Premier Oil Natuna Sea BV mendukung persiapan itu, pada 2019, dengan membangun homestay. Semakin tingginya animo masyarakat menyaksikan konservasi di sana, di satu sisi sangat mengembirakan karena menjadi ruang sosialisasi. Namun di sisi lain menjadi tantangan dalam hal peningkatan Sumber Daya Manusia pengelola. Untuk itu, Premier Oil Natuna Sea BV mengajak pengelola studi banding ke Pengumbahan, kawasan konservasi di Jawa Barat dan pelatihan oleh para pakar konservasi.

 

Pelepasan Tukik ke Laut Lepas

Menggandeng Kelompok Masyarakat Peduli Penyu Pulau Pahat, Premier Oil Natuna Sea BV mulai melakukan kegiatan konservasi. Hal ini untuk memastikan semua telur penyu bisa diselamatkan hingga menjadi tukik dan dilepas ke laut. Selama tujuh tahun, sebanyak 2.006 ekor penyu naik dan bersarang di sana dan 1.601 sarang yang telurnya menetas.

Sisanya, rusak karena faktor alami. Dari 1.601 sarang penyu, terdapat 104.617 telur berhasil menetas menjadi tukik dan dilepaskan ke habitatnya secara alami di pantai Pulau Pahat. Pada 2017, saat Festival Padang Melang dilepas 4.109 ekor tukik hingga mendapat rekor MURI.

Tukik Hijau di Pulau Pahat

“Kini konservasi penyu di Pulau Pahat sudah menjadi destinasi wisata. Ribuan tukik sepanjang waktu terus bergerak dari pantai menuju lautan, disertai kesadaran dan peran aktif masyarakat ikut melestarikannya. Hal ini membuat program konservasi ini patut dibanggakan,” ujar Government Affairs Manager Premier Oil Natuna Sea BV Buyung Heru Satria.

Pulau Pahat akhirnya menjadi destinasi wisata konservasi penyu dan tukik. Tercatat pada awal tahun ini, sekitar 2000 wisatawan domestik maupun mancanegara datang kesana. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *