Lis Soroti Pasar Puan Ramah Kian Sepi Pembeli

Anggota DPRD Kepri, Lis Darmansyah. (Foto: Randi/Radarsatu)

TANJUNGPINANG, RADARSATU — Pasar puan ramah yang terletak di Jalan Kijang Lama Kilometer 7 Kota Tanjungpinang telah digunakan sebagai tempat relokasi pedagang akibat adanya revitalisasi pasar baru Tanjungpinang.

Pasar ini diresmikan pada September 2022 dengan menelan anggaran APBD sebesar Rp 3 Miliar. Namun, usai di bangun pasar puan ramah justru sepi pembeli yang telah dirasakan pedagang.

Hal ini pun mendapat sorotan dari mantan Walikota Tanjungpinang yang kini menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Kepri, Lis Darmansyah.

Lis mengungkapkan dalam situasi pasca COVID-19. Kota Tanjungpinang, masih merasakan dampak ekonomi yang belum pulih sepenuhnya seperti masa sebelum pandemi.

Selain itu, seharusnya pembangunan pasar puan ramah mesti menjaga jarak antara satu pasar tradisional dengan yang lainnya, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

“Maka dengan dibangunnya pasar dengan jarak tidak sampai 5 km, Ada pasar baru lagi. Pasar yang tradisional yang lama saja bagaimana kita mempertahankan Pelaku ekonomi yang berada di sana saja itu harus kita banyakan dengan pola-pola dan cara, apalagi dengan ada pasar baru. Kalau saya bilang pasar yang di Batu 7 itu Belum tepat,” kata Lis, Rabu (6/9/2023).

Lis menjelaskan Kota Tanjungpinang dengan populasi sekitar 250 ribu penduduk memiliki aktivitas ekonomi yang padat pada siang hari, hal ini berbeda dengan kota-kota besar seperti Jakarta yang memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi baik pada siang maupun malam hari.

Maka, Lis menyarankan beberapa langkah yang harus diambil Pemko tanjungpinang untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan pasar tradisional di Kota ini, yaitu perlu adanya mengidentifikasi penyebaran penduduk dengan baik untuk menempatkan pusat ekonomi dengan tepat.

Terlebih lagi, pengalokasian pasar baru seperti pasar Batu 7 seharus sebelumnya dipertimbangkan dengan cermat agar tidak bersaing dengan pasar Bintan Center yang telah ada lama.

“Kemungkinan pasar Batu 7 tidak akan mampu menyaingi pasar Bintan Center yang telah ada cukup lama” ujarnya.

Selain itu, Lis juga menyoroti tiga titik besar di Tanjungpinang yang seharusnya diperhatikan Pemko Tanjungpinang sebelum membangun pasar Puan Ramah, yaitu wilayah sebelah barat. mencakup Bukit Bestari, sebagian kawasan kota lama, dan sebagian sudut-sudut pesisir Kota Tanjungpinang.

Selain itu daerah perkembangan seperti Tanjungpinang Timur yang jumlah penduduknya hampir separuh dari jumlah penduduk Kota Tanjungpinang di atas 100 ribu penduduk. Titik kedua adalah wilayah pengembangan baru, yaitu Kampung Bugis dan Senggarang.

Lis merasa prihatin terkait pengalokasian pasar yang terburu-buru, terutama jika pasar Puan Ramah hanya bersifat sementara atau relokasi.

“Seharusnya relokasi pasar direncanakan dengan memperhatikan lokasi pusat ekonomi. Artinya, jika pasar dipindahkan ke Batu 7, orang masih memilih pergi ke Bintan Center, Bintan Center itu aja jam 9 dan 10 sudah sepi,” tegasnya.

Dirinya juga menyayangkan kurangnya perhitungan terhadap kondisi pusat aktivitas ekonomi saat merencanakan pengalokasian pasar tersebut.

Menurutnya kemudahan akses juga harus menjadi pertimbangan utama, terutama mengingat adanya perumahan dan gudang di sekitar pasar Puan Ramah yang tidak cocok untuk aktivitas ekonomi pasar.

“Hal ini mirip dengan pembangunan pasar baru di KUD, di mana kemudahan akses harus menjadi pertimbangan utama. Jika kemudahan akses tidak diperhatikan, konsekuensinya apa yang akan terjadi?,” tambahnya

Lis mencoba membandingkan situasi ini dengan pasar Bintan Center, yang sebelumnya dibangun untuk merelokasi pedagang kaki lima dari kota lama, mengingat adanya pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah Tanjungpinang Timur. Sementara di Batu 7, relokasi hanya dilakukan untuk pedagang yang seharusnya tidak jauh dari pasar lama, baginya hal ini ibarat menciptakan solusi sekaligus menimbulkan masalah baru.

“Ini menciptakan masalah baru meskipun memberikan solusi,” ujarnya.

Lis menyimpulkan bahwa perencanaan awal pengalokasian pasar Puan Ramah oleh pemko di batu 7 sangat disayangkan dan seharusnya Pemko ketika perencanaan awal lebih mempertimbangkan kondisi dengan lebih baik sebelum melakukan eksekusi.

“Jadi artinya harus melakukan identifikasi betul kondisi, khususnya untuk pasar-pasar atau pusat-pusat ekonomi tradisional sekarang yang harus harus dipikirkan nasib pedagang tradisional, termasuk pasar baru serta aksesnya. Penting juga untuk merencanakan akses pasar yang mendukung pertumbuhan pasar di masa depan,” jelasnya,

Kondisi pasar yang sudah ada di Kota Tanjungpinang juga menjadi perhatian Lis, dimana hari-hari ramai hanya pada akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu, sementara pada hari Senin, aktivitas pasar sudah sepi pada jam 8 pagi. Dengan demikian, dibutuhkan strategi yang matang untuk mengoptimalkan pasar-pasar tradisional di kota Kota Tanjungpinang.

“Jadi kalau saya bilang pasar yang sudah ada aja kempang kempis pedagangnya, coba lihat sehari -hari yang ramai itu hanya sabtu dan minggu, kalau senin itu jam-jam 8 udah sepi,” ungkapnya. (Randi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *