Proyek Batu Miring Kampus UMRAH Ambruk, Diduga Tidak Ada Pondasi Besi

TANJUNGPINANG,RADARSATU.COM – Hujan berkepanjangan yang terjadi di Kepri belakangan tidak hanya memicu banjir. Longsor juga banyak terjadi. Bahkan, batu miring di Kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) ikut ambruk. Padahal, pembangunan batu miring di Kampus UMRAH ini baru selesai akhir 2020 lalu. Anehnya, meski batu miring ketinggiannya lebih dari tiga meter dan panjangnya puluhan meter, namun tidak ada pondasi hingga mudah ambruk.

Putra Kirana selaku pejabat pengadaan pembangunan batu miring di Kampus UMRAH Dompak itu mengakui proyeknya ambruk. Namun, ia tak mau cerita lebih banyak dan menyarankan agar wartawan datang ke kampus UMRAH saja untuk mendapat konfirmasi dan keterangan lebih rinci. Sementara itu, Rektor UMRAH Prof Dr Agung Dhamar Syakti menyebutkan batu miring itu ambruk akibat hujan berkepanjangan belakangan ini.

Diakuinya proyek batu miring itu baru dibangun dan selesai akhir tahun lalu. “Saat batu miring ambruk, kontraktornya langsung datang untuk melakukan perbaikan. Hanya saja karena saat ini masih hujan hingga belum bisa dilaksanakan. Mungkin besok mulai diperbaiki,” kata Profesor Agung.

Saat ditanya mengapa membangun batu miring yang panjang dan tinggi tidak memakai pondasi besi sebagai tulangnya, Agung menyebut itu masih menjadi evaluasi mereka sekaligus menjadi bahan untuk melakukan perbaikan.

“Untuk perbaikannya saya kira bisa rampung dalam waktu 10 hari ke depan,” sebutnya.

Saat ditanya apakah akan dibangun ulang karena kontruksinya tidak memadai dengan kontur tanah bauksit serta tanahyang disangga cukup panjang dan tinggi, Agung mengaku akan segera melakukan evaluasi tentang kemungkinan dilakukan Adendum.

Agung mengakui pengerjaan proyek itu merupakan proyek penunjukan langsung karena anggarannya di bawah Rp200 juta.

“Meski penunjukan langsung, sudah kita coba untuk menyeleksi dari beberapa permohonan yang masuk,” kata Prof Agung.

Hanya saja, saat ditanya mengapa UMRAH melakukan pembangunan saat pemerintah pusat melakukan refocusing selama pandemi dan membatalkan mayoritas pembangunan fisik, Agung mengaku, pembangunan batu miring itu yang dilakukan karena bagian dari pemeliharaan dan mendesak.

Saat pembangunan berlangsung mayoritas mahasiswa UMRAH belajar secara online hingga jalannya pembangunan tidak diketahui mahasiswa. Hanya saja para dosen selama pendemi diminta untuk tetap ke kampus dan secara tidak sengaja melihat jalannya pembangunan batu miring tersebut.

“Saat pembangunan beberapa rekan sudah mengingatkan bagian pengadaan barang selaku petugasnya untuk memikirkan kembali kontruksinya. Saya melihat tidak ada tulang yang menyangga batu miring itu. Hanya batu-batu besar yang disusun lalu di semen. Ini kampus terbesar di Kepri. Mestinya pembangunan di kampus negeri menjadi contoh pembangunan proyek fisik,” ujar seorang staf di UMRAH.

Menurutnya, proyek pembangunan UMRAH sudah pernah bermasalah saat membangun Gedung Fakultas Perikanan hingga beberapa pejabatnya dipenjara karena korupsi. “Semoga ini bisa menjadi catatan bahwa kampus negeri mesti selalu menjadi contoh dalam berbagai hal,” harapnya.

Selain itu, sebutnya, peristiwa ini tidak bisa disebut force majure, karena tidak ada banjir di sekitar kampus UMRAH lantaran daerahnya yang relatif tinggi dibanding tanah sekitarnya.

Terkait dugaan miring yang banyak beredar, Profesor Agung meminta dukungan pada masyarakat karena ia mengaku sudah menerapkan sistem baik dalam menjalankan fungsinya sebagai rektor.

(Rek)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *