TANJUNGPINANG, RADARSATU.com — Herman salah satu saksi kejadian seorang warga di Tanjungpinang diterkam buaya di Jl. Salam Gg. Kampung Kolam membenarkan kejadian tersebut.
Meskipun Herman tidak menyaksikan insiden penerkaman itu secara langsung, namun ia melihat dari jendela ketika Sugito berenang menuju sampannya.
Saat itu, Herman menganggap bahwa korban jatuh dari sampan secara tidak sengaja dan mengira hal itu sebagai kejadian biasa. Mengingat kejadian terjadi pada jam dua lewat dini hari, ia memutuskan untuk tetap berada di dalam rumah.
“Dipikiran saya waktu itu dia tu jatuh dari sampan kayak kejadian jatuh biasa, maklum ajalah soalnya udah jam dua malam lewat, jadi saya ngga keluarlah,” ujar Herman, Sabtu (23/9/2023).
Herman mengakui bahwa ia tidak menyadari bahwa Sugito sedang berenang untuk menyelamatkan diri dari serangan buaya.
“Waktu kejadian dia kena buaya tu kan saya tidak dengar, katanya kejadiannya persis dibawah rumah ini, tapi saya tidak dengar sama sekali karena kejadiannya kan didalam air,” ungkapnya.
Herman kemudian menyatakan bahwa ia masih belum menyadari kejadian tersebut meskipun ia mendengar Sugito naik ke pelantar dan mendengarnya terbatuk-batuk.
“Saya dengarnya itu pas dia naik ke pelantar ni dia batuk batuk gitu, karena mungkin banyak minum air asin,” katanya.
Ia baru menyadari adanya kejadian penerkaman itu setelah Sugito membangunkannya dan mengetuk pintu rumahnya. Herman lalu melihat luka di tubuh Sugito.
“Saya jawab iya mas, saya buka pintu, kenapa mas? saya dihajar buaya itu dibilangnya gitu,” tuturnya.
“Saya lihat dia ada luka kayak orang dibekam gitu, bajunya juga udah robek dibagian belakang. Jadi saya lihat lagi di kakinya ni sudah berdarah mungkin kena teritip tongkat rumah saya ni,” tambahnya.
Sugito kemudian menceritakan kepada Herman bahwa ia baru saja mengalami serangan buaya ketika sedang mengisi ikan di atas sampan, tetapi beruntungnya ia berhasil bertahan dengan memegang erat tongkat penyangga di bawah rumah.
“Jadi dia bilang di peluk dia punya tongkat itu, kuat dia kuat lagi buaya tu nahan bilangnya,” sebutnya.
Karena Sugito meminta tolong, Herman lalu mengambil senter dan menyoroti sekitaran dermaga dan ia melihat seekor buaya sedang melintas yang ia perkirakan berukuran 3 meter
“Ternyata buaya tu nimbulnya disana, ukurannya sekitar 3 meter matanya itu besar,” katanya.
Berdasarkan kesaksian Herman, ia melihat Sugito kembali turun lalu naik ke sampan untuk mengambil hasil tangkapannya yang tadinya tertinggal.
“Setelah itu dia turun ke sampan ambil ikan cuma udah tinggal udang aja lagi,” ujarnya.
Setelah mengambil udang, Sugito memutuskan untuk pulang ke rumahnya dengan mengendarai sepeda motor, meskipun dalam keadaan gemetar. Herman bertanya apakah ia bisa melakukannya, namun ia melihat bahwa Sugito masih cukup kuat untuk mengendalikan motor.
Herman menjelaskan bahwa ini adalah kejadian pertama. Menurutnya, masyarakat di Jalan Salam sudah terbiasa melihat keberadaan buaya di sungai dan selama ini tidak pernah menyerang. Namun, setelah kejadian ini, banyak orang tua yang melarang anak-anak mereka untuk berenang di muara tersebut.
“Kalau masyarakat belum ada lah yang takut melaut tapi anak-anaklah kami larang berenang,” tutupnya mengakhiri. (Randi)