Disdik Tanjungpinang Wacanakan Tambah Jumlah Sekolah Tatap Muka

Muhammad Yasir Kepala Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang

TANJUNGPINANG, RADARSATU.COM- Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang Muhammad Yasir membeberkan wacana Dinas Pendidikan untuk menambah jumlah sekolah yang menyelenggarakan belajar tatap muka.

Menurutnya, wacana penambahan jumlah sekolah itu akan direalisasikan apabila angka positif Covid-19 di Kota Tanjungpinang mengalami penurunan dan berada di zona hijau.

“Kalau sudah landai, kita akan tingkatkan lagi jumlah sekolah yang dibuka belajar tatap muka. Selama 3 bulan ini kita evaluasi, kalau ada penurunan Covid-19 akan kita tambah lagi,” katanya, Selasa (12/1).

Sebelumnya pada 30 Desember yang lalu, sebanyak 11 SD dan 4 SMP telah mendapatkan izin untuk menggelar belajar tatap muka pada 18 Januari mendatang.

Yasir menuturkan, 15 sekolah yang telah mengantongi izin itu telah memenuhi hasil ceklis sekolah dan daftar Dapodik yang menyatakan bahwa sekolahnya telah memenuhi protokol kesehatan Covid-19.

“Kita dalam memberikan izin memperhatikan kesehatan dan keselamatan warga sekolah. Izin rekomendasi tatap muka melihat hasil ceklis sekolah, daftar di dapodik. Bahwa sekolahnya udah memenuhi protokol kesehatan,” tuturnya.

Selain itu, sekolah juga telah mendapatkan persetujuan dari orang tua siswa untuk menggelar belajar tatap muka.

“Orang tua telah membuat persetujuan bahwa anaknya diizinkan belajar tatap muka di sekolah,” ujarnya.

Ia juga menegaskan akan menutup sementara sekolah yang belajar tatap muka apabila terdapat warga sekolah yang terkonfirmasi positif.

“Kalau nanti ada warga yang terkonfirmasi positif, akan langsung kita tutup sementara,” tegasnya.

Lilis Sundari, salah satu guru di SDN 10 Bukit Bestari mengaku mendukung kebijakan pemerintah untuk membuka kembali sekolah yang berada di zona hijau untuk belajar tatap muka.

“Saya mendukung, karena kebetulan sekolah tempat mengajar berada di daerah pinggiran di Dompak,” ujarnya.

Selama pembelajaran daring, ia mengaku kesulitan mengajar siswa/i karena terkendala dengan siswa/i yang tidak memiliki gadget dan kuota internet.

“Karena belajar daring anak-anak itu terkendala dengan ketidaktersediaan handphone dan kuota. Kadang saya memberi materi via SMS,” ucapnya.

(Nuel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *