Kades Mesti Prioritaskan Bangun Perpusdes

tim sinergi dan stake holder foto bersama

TANJUNGPINANG — Perpustakaan kini tidak hanya untuk tempat membaca saja. Bahkan Tiap Desa mestinya memiliki perpustakaan desa. Apalagi warag Desa selama ini kesulitan untuk ke perpustakaan daerah karena jaraknya jauh dan perlu biaya. Pemerintah Provinsi Kepri mengagas agar perpustakaan yang ada hingga di tingkat desa bisa dijadikan tempat untuk menggali berbagai informasi dan tempat mengasah keterampilan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat di desa.
Apalagi kini setiap desa yang mendapatkan Anggaran Dana Desa (ADD) dari pemerintah pusat dan sudah ada aturannya agar sebagian dana itu untuk memajukan perpustakaan desa.
Hal itu terungkap dari kegiatan Stakeholder Meeting tingkat Provinsi Kepri yang digelar di Aston, Rabu (18/9).
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kepri yang diwakili oleh Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Kepri Novianto.
Dalam kegiatan itu banyak membahas dinamika dan peluang serta terobosan yang telah diperbuat pihak pengelola perpustakaan desa.
“Dalam Permendagri No 20 Th 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa ada diatur bahwa, sebagian Dana Desa boleh dianggarkan untuk pengadaan perpustakaan di Desa. Ini artinya pemerintah pusat mengisyaratkan Perpustakaan Desa itu sangat penting karena bisa mengedukasi masyarakat melalui berbagai kegiatan,” kata Imam Rochani Kabid Kelembagaan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DPMD-Dukcapil) Provinsi Kepri.
Imam Rochani yang juga Sekretaris Tim Sinergi Kepri menyebutkan, sebagian kepala daerah di Kepri sudah ada yang merancang Perbup tentang perpustakaan hingga diharapkan pembangunan perpustakaan akan semakin baik ke depannya.
Sementara itu, Ketua Tim Sinergi Provinsi Kepri Yetriani menyebutkan, acara stakeholder meeting provinsi itu sebenarnya merupakan agenda perpustakan nasional untuk mengumpulkan pengambil kebijakan dalam memajukan perpustakaan di daerah-daerah termasuk perpustakan di desa-desa.
Menurut Yetriani, di acara itu juga pihaknya mengumpulkan delapan para Kades dan pengelola perpustakaan desa yang dijadikan pilot projek oleh Perpustakaan Nasional.
“Kita undang delapan desa ini untuk memaparkan kondisi perpustakan mereka dan perencanan kita kedepan. Delapan desa yang dijadikan percontohan itu ada di Kabupaten Karimun, masing-masing Desa Tebias, Desa Lebuh, Desa Gemuruh dan Desa Pongkar. Sementara empat desa lainnya berada di Kabupaten Bintan masing-masing Desa Sebong Pereh, Desa Mantang Baru, Desa Toapaya, Desa Kuala Sempang,” kata Yetriani yang juga menjabat sebagai Kabid Pengembangan Perpustakaan, Deposit dan Pembudayaan Kegemaran Membaca di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kepri.
Kata Yetriani, dari pemaparan program pengelola Perpustakaan Desa yang dijadikan pilot projek oleh Perpustakaan Nasional, umumnya perpustakaan desa belum memiliki bagunan perpustakaan dan masih memanfaatkan balai desa.
“Tapi mereka sudah punya program-program yang baik agar minat masyarakat untuk datang terus meningkat. Perpustakaan Desa juga dijadikan tempat belajar mempromosikan ternak, tempat pelatihan berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan produktivitas warga desa,” sebutnya
Bahkan, sambungnya, Perpustakaan Desa di Toapaya, Bintan tahun lalu menjadi perpustakaan Desa terbaik nomor 4 di Indonesia.
“Artinya, Kepri sudah memiliki perpustakaan unggulan hingga desa yang ingin studi banding tidak perlu lagi harus keluar daerah,” sebut Yetriani.
Diterangkan Yetriani, Perpustakaan Desa di Toapaya bisa maju karena kepala desa dan warga desanya sangat memahami pentingnya perpustakaan tersebut untuk mengedukasi warganya.
“Tahun ini saja, Perpustakaan Desa Toapaya mendapatkan anggaran Rp200 juta yang dialoaksikan kadesnya dari ADD. Tapi program mereka memang sudah cukup baik dan sudah memiliki gedung sendiri,” sebutnya.
Sebenarnya, sebut Yetri, untuk memajukan perpustakaan, perlu komitmen dari kades dan dukungan dari pemerintah daerah.
Di Perustakaan Desa, sebutnya, masyarakat bisa belajar membuat kemasan barang dagangan menjadi menarik, mencari cara mempromosikan hasil pertanian termasuk mempromosikan ternak.
“Contohnya di Perpustakaan Desa yang ada di Kundur Barat, setelah peternak memanfaatkan promosi melalui layanan Perpustakaan Desa, peternak yang awalnya kesulitan menjual ternak ayam potongnya sebanyak 6 ribu ekor, setelah dipromosikan, ternaknya langsung habis terjual hingga memotivasi peternak lain untuk semakin giat belajar ternak ayam,” terangnya.
Tahun depan, sebutnya, Tim Sinergi akan terus mengembangkan pembangunan perpustakaan desa untuk beberapa daerah lain, seperti Lingga, Anambas dan Natuna. (*/rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *