Narasi-narasi Kebohongan

Oleh : Muhammad Faiz (Aktifis Koalisi Masyarakat Sipil)

Bila dilihat sekilas dari kacamata orang umum yang mudah meng-iyakan tanpa perlu mencerna, maka akan besar dampak psikologis buat seseorang tersebut dan dilingkungan yang disampaikan nya secara terus menerus, ibarat memakan langsung sebuah mangga yang sebenarnya busuk didalam tapi tidak dilihat isinya terlebih dahulu karna perawakan luar sangat menggoda.

Begitulah kira kira kondisi nasional, maupun internasional hari ini, saya kira cuma orang indonesia saja yang lemah akan konsep literasi, ternyata orang luar juga begitu, semakin canggih nya teknologi modern yang memungkin seseorang memperoleh informasi lebih cepat, tetapi tidak begitu adanya tampak dilapangan, sampai hari ini ada yang memainkan peranan besar terhadap sektor perdagangan hingga politik dunia tidak terlepas dari kepentingan sekelompok elit bisnis , karna ini menjadi bisnis yang menggiurkan ketika market dan jajalan di jalankan dan berhasil memasuki tahap pengoperasian, maka keuntungan berlipat gandalah yang didapat orang-orang dengan kepentingan ini.

Dampak terhadap negara negara yang berhasil dijadikan partner pertukaran bisnis apa? Ya tidak ada, negara berhasil di tipu di kerok hasil pendapatannya yang sebenarnya pendapatan itu bisa diputarkan kembali kemasyarakat agar masyarakat berdikari dan negara pun hanya sedikit saja menstimulus rakyatnya dengan kebutuhan yang di minta rakyat, sehingga ada simbiosis mutualisme antara rakyat dan negara, namun tidak begitu adanya, hanya narasi-narasi yang menjanjikan saja, tetapi tidak terbukti dampak dari segi ekonomi dan politik nya, melainkan beban negara bertambah karna kebodohan pemimpin negara yang tidak mampu berdiplomasi dan memainkan peran sebagai negara yang berdaulat dari segi sumber daya alam dan seisinya.

Akhirnya timbul krisis kepercayaan terhadap pemimpin oleh masyarakat, yang semula ingin memperbaiki tatanan negara, malah memperoboh dan menghancurkan sebagian besar yang telah dibangun oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya, namun apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur, belum lagi beban hutang yang semakin hari semakin meningkat, peraturan-peraturan ditegakkan dan dibuat hanya untuk memperoleh legitimasi kekuasaan agar terus berkuasa tanpa harus dikritik dan diadili, semakin komplek sudah masalah negara hari ini, maka tidak ada yang bisa dibuat selain menawarkan solusi ataupun narasi yang menghipnotis rakyat untuk mengiyakan dan memperoleh kebenaran hanya sebentar saja, karna tidak ada cara lain yang bisa diperbuat selain mewarkan narasi menyejukkan sesaat tetapi setelah itu hilang lagi menjadi kenyataan yang menyedihkan, itulah problem kompleks permasalahan negara yang kalau tidak cepat diselesaikan , maka semakin hari yang memimpin akan semakin tidak terkendali antara mana kepentingan yang harus didahulukan, dan mana kepentingan pribadi.

Maka tulisan paragraf diatas menunjukkan kalau kita masih sulit membedakan mana yang salah dan mana yang benar, untuk memperoleh itu semua kita masih bisa mencari tokoh tokoh intelektual muda, cendikiawan muslim, pengamat dan civitas akademi yang masih sangat mumpuni untuk melihat dari sudut pandang keilmuan yang dimiliki serta kondisi sosial tatanan masyarakat dan negara hari ini, karna kita sudah melihat rata-rata kebanyakan betapa bobrok nya elit elit politik kita hari ini dengan segala tingkah laku dan narasi hipnotis dari para mereka ini, semoga pemimpin kita dan elit politik kita sadar dan mampu menggunakan akal pikiran untuk serius memperhatikan negara dan rakyat dan mengeyampingkan pemilik modal, dan tanpa harus memikirkan dahulu cara mengembalikan dana hasil kampanye ketika pemilihan yang lalu lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *