Kisah-kisah Mendagri Tentang Korupsi Kepala Daerah

SEMARANG, – Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo hadir di acara pembekalan anti korupsi di Semarang Jawa Tengah. Acara ini dihadiri Plt Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko, Kapolda Jawa Tengah, Irjen Condro Kirono, penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Mohammad Tsani Annafa, seluruh calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah, para calon bupati dan walikota dan para kepala daerah tingkat dua di Jawa Tengah. Mengawali kata sambutannya, Tjahjo mengatakan bahwa acara pembekalan anti korupsi sangat penting.  Ia berharap lewat acara pembekalan niat untuk tidak korupsi bisa makin diteguhkan.

“Pembekalan penting u para calon. Apa yang kita niatkan hari ini bermanfaat. Forum ini penting bagi saya. Saya ikut hadir di Lampung, Jawa Barat, Jakarta Timur, Sumatera Utara sekarang di Jawa Tengah. Dan ini akan terus berlanjut,” kata Tjahjo, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa  (8/5).

Menurut Tjahjo, acara pembekalan anti korupsi mulai digagas, ketika ia bertemu dengan pimpinan KPK. Dalam pertemuan itu, disepakati tentang perlunya acara pembekalan. Pada KPK ia menyampaikan bahwa kepala daerah itu bagian tak terpisahkan dari Kementerian Dalam Negeri. Ia merasa perlu, adanya program yang menguatkan pemahaman terhadap area rawan korupsi. Karena yang terjadi akhir-akhir ini membuatnya sedih. Banyak kepala daerah yang terjerat KPK.

“Kepala daerah itu tidak terpisahkan dari saya sebagai Mendagri,” katanya.

Tjahjo pun kemudian berkisah tentang sebuah cerita saat Presiden Jokowi melakukan pertemuan dengan para kepala daerah. Dalam pertemuan itu, Presiden mengingatkan agar seluruh kepala daerah itu hati-hati mengelola keuangan negara. Kata Tjahjo, Presiden mewanti-wanti agar jangan satu rupiah pun duit rakyat dikorupsi. Tapi apa yang terjadi, baru satu jam pertemuan itu usai, satu kejadian yang membuatnya sangat sedih terjadi.

“Saya sedih, satu waktu Presiden  kumpulan para kepala daerah. Kata beliau hati- hati. Pertemuan kemudian  bubar jam 5 sore. Eh, jam 6 sore kurang  dua puluh menit,  satu kepala daerah kena OTT KPK di hotel  dekat Istana. Ini membuat  saya sedih,” katanya.

Kisah lain yang dituturkan Tjahjo soal seorang gubernur. Kata Tjahjo, ia pernah menyaksikan langsung penandatangan pakta integritas yang dilakukan seorang gubernur. Usai teken pakta integritas yang juga disaksikan Ketua KPK, gubernur tersebut berpidato berapi-api, tidak akan korupsi.

“Saya hadir, sahabat saya seorang gubernur teken pakta integritas. Dia pidatonya luar biasa. Besok malam, dia dan istrinya kena oleh KPK. Ini kan dia bicara asal, tak pakai hati nurani. Dan sekarang trendnya naik, ” katanya.

Tjahjo juga mengisahkan cerita ketika ia rapat dengan pimpinan KPK. Katanya, saat rapat, pimpinan komisi anti rasuah mengungkapkan data yang membuatnya kaget. Data tersebut tentang permasalahan korupsi di daerah. Begitu disodorkan data itu, ia langsung lemes. Sayang, Tjahjo tak mengungkapkan data apa yang membuatnya kaget dan lemas.

“Waktu rapat dengan KPK dibuka semua masalah saya lemes. Makanya hati-hati bagi para calon. Tapi saya tak bisa buka (data itu),” ujar Tjahjo.

Menurut Tjahjo apa yang dikisahkannya hanyalah contoh-contoh kecil. Ia harap, itu jadi pelajaran. Kembali Tjahjo berkisah. Kali ini cerita yang dikisahkannya saat dirinya baru saja jadi Mendagri. Kata dia, ketika baru saja ia menjabat sebagai Mendagri, tiba-tiba kantornya digerebek KPK. Rupanya, KPK menggerebek Kemendagri karena ada rombongan dari daerah yang datang ke kementerian mengurus sesuatu. Rombongan itu rupanya bawa oleh-oleh. Oleh-oleh yang jadi biang masalah.

“Baru dua  minggu saya jadi Mendagri kantor saya digrebek KPK. Ternyata ada rombongan dari provinsi bawa oleh-oleh, misalnya bawa lumpia.  Tapi hebatnya KPK tahu, di bawah oleh-oleh itu ada amplop. Bodohnya lagi di amplop itu ada namanya. Ya, ini kan seperti misalnya Sekda mau urus surat ke Mendagri. Dia kumpulkan para  SKPD untuk urunan duit buat oleh-oleh. Nah,m yang SKPD basah, kena 25 juta. Tak ikhlas,  lalu lapor KPK. Lengkap dilaporkan, terbang jam berapa, berapa orang, nginep di hotel mana dan lain-lain,” tutur Tjahjo.

Tjahjo juga menyinggung soal laporan harta kekayaan pejabat negara. Kata Tjahjo, ketaatan para pejabat eselon I dan II untuk melaporkan harta kekayaannya masih sangat rendah. Ia berharap ini bisa berubah. Yang pasti, dan sangat penting semua pemangku kebijakan memahami area rawan korupsi.

Humas Kemendagri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *