Di era modern yang bergerak cepat, proses belajar tidak lagi sebatas ruang kelas, papan tulis, dan hafalan. Kita hidup di zaman digital yang menuntut cara baru dalam mengakses informasi dan berpikir. Perubahan ini bukan sekadar tren sementara, melainkan keharusan agar generasi masa depan mampu menghadapi dunia yang terus berubah.
*Dulu Menghafal, Sekarang Memahami*
Sistem pendidikan tradisional sangat berfokus pada hafalan. Siswa diminta mengingat tanggal, rumus, atau definisi tanpa harus memahaminya. Kini, dengan kehadiran teknologi dan mesin pencari, informasi bisa diperoleh hanya dalam hitungan detik, bahkan melalui bantuan AI seperti ChatGPT.
Sudah saatnya pendidikan bergeser dari sekadar “menyimpan informasi” ke kemampuan memahami, menganalisis, dan mengelola informasi dengan bijak. Dalam dunia kerja yang penuh tantangan, kemampuan berpikir kritis, berinovasi, dan memecahkan masalah jauh lebih bernilai daripada sekadar nilai ujian.
*Teknologi Bukan Musuh, Tapi Katalisator*
Perkembangan AI dan teknologi lainnya bukan untuk menggantikan guru, melainkan sebagai alat bantu yang memperkaya pengalaman belajar. Guru bisa memanfaatkan teknologi untuk mengenali kebutuhan siswa, mempercepat evaluasi, dan menyajikan materi yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
Meski demikian, teknologi tidak bisa berdiri sendiri. Sosok guru tetap dibutuhkan sebagai pembimbing, motivator, dan teladan dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan. Karena pendidikan tidak hanya berbicara soal teori, tapi juga soal empati, etika, dan karakter.
*Adaptasi Adalah Kunci Masa Depan*
Perubahan ini tidak mudah. Banyak guru, siswa, dan bahkan orang tua menganggap teknologi sebagai hal yang aneh. Namun, inilah ketika sikap adaptif sangat penting. Dalam dunia pendidikan modern, keterbukaan terhadap hal-hal baru, keinginan untuk belajar kembali, dan kemampuan untuk terus berkembang adalah semua hal yang diperlukan.
Kurikulum harus disesuaikan untuk mengajarkan keterampilan sosial, literasi digital, keterampilan hidup, dan pengetahuan dasar. Sekolah harus menjadi tempat untuk mendidik bukan hanya otak tetapi juga hati dan tangan.
*Menuju Sistem Pendidikan yang Relevan*
Pendidikan harus relevan dengan zamannya jika kita ingin melahirkan generasi yang siap menghadapi tantangan global. Guru dan teknologi harus bekerja sama, bukan bersaing. Sekolah harus menjadi tempat untuk menumbuhkan rasa ingin tahu daripada mengejar nilai.
Sudah waktunya kita melihat pendidikan sebagai proses yang terus berkembang dan dinamis. Karena yang mampu bertahan di masa depan bukanlah yang paling pintar, tetapi yang paling mampu menyesuaikan diri.
Fika Fitriani, Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH)