Arah Pendidikan Baru? Melalui Menteri Baru

Ahmad Riyadi (Ketum BPL HMI Tanjungpinang-Bintan. (Foto: Dok. Pribadi

BANGSA ini telah merdeka selama lebih 79 tahun tapi apakah kita sudah berhasil mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan tujuan negara. Di era pemerintahan prabowo- Gibran kementerian pendidikan kembali mengalami modifikasi nama lembaga yang membagi antara kementerian pendidikan dasar dan menengah dengan kementerian pendidikan tinggi.

Apakah ini demi kepentingan pendidikan atau hanya sekedar pembagian jatah menteri?. Yang kita rasakan sekarang permasalahan pendidikan yaitu:

1. Belum meratanya akses pendidikan di wilayah Indonesia utamanya Indonesia bagian barat dan timur.
2. Kualitas pendidik yang masih rendah
3. Kesejahteraan guru.
4. Akses terhadap buku yang berkualitas di sekolah masih minim.

Kita sudah merasakan banyak pergantian kurikulum pendidikan mulai dari era presiden Soekarno sampai Jokowidodo. Pendidikan seharusnya menjadi salah satu lini yang harus menjadi perhatian pemerintah demi Indonesia emas 2045.

Di dunia ini negara maju adalah negara yang bergantung kepada sumber daya manusia nya dan cara mengelola sumber daya manusia yang baik melalui pendidikan berkualitas. Philosophy pendidikan yang ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara seharusnya menjadi landasan bagi kementerian baru dalam menerapkan kebijakan kurikulumnya.

Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberikan contoh). Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan semangat).

1. Ing Ngarsa Sung Tulada (didepan memberikan contoh)
Pendidikan tidak hanya dipandang dengan mekanisme transfer pengetahuan namun lebih dari pada itu seorang pendidik dituntut untuk memberikan contoh teladan kepada yang didik agar keseimbangan pengetahuan dibarengi dengan keteladanan dalam berperilakuan. Indonesia tidak pernah kekurangan orang-orang pintar tapi selalu saja kekurangan orang-orang yang tidak jujur. Perspektif yang harus sama-sama dipahami bahwa mengajar dan mendidik adalah satu hal yang berbeda. Mengajar belum tentu mendidik tapi mendidik sudah tentu mengajar.

2. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberikan motivasi)
Kebebasan kita berikan kepada peserta belajar namun dibarengi dengan motivasi-motivasi membangun untuk mereka. Proses pendidikan yang didorong kan kepada rasa ingin tahu pelajar adalah hal yang efektif untuk memulai pembelajaran.

3. Tut Wuri Handayani (dibelakang memberikan dorongan)
Dorongan yang diberikan dalam membangun motivasi pendidikan adalah dengan cara memastikan akses pendidikan merata keseluruh lini masyarakat tidak membedakan antara pendidikan di Jawa dan Papua semuanya harus sama-sama bisa di akses tanpa terkecuali agar mutu pendidikan kita merata di seluruh wilayah Indonesia. filosofi pendidikan ini adalah hal yang sangat cocok bagi bangsa Indonesia. Pendidikan seharusnya jangan di politisasi demi kepentingan elit sesaat. Pendidikan harus menjadi titik fokus yang di kelola oleh profesional yang terampil agar berkontribusi dalam mencetak manusia yang beriman, berilmu dan beramal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *