Indeks

Lestarikan Budaya, Kapolda Riau Ikut Gotong Replika Tongkang di Bagansiapiapi

Kapolda Riau Irjen Mohammad Iqbal dan Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Komjen (Purn) Rudi Sufahriadi ikut langsung menggotong replika tongkang yang akan dibakar di Bagansiapiapi, Kabupaten Rohil, Provinsi Riau, Sabtu (22/6).

ROHIL, RADARSATU.COM – Kapolda Riau Irjen Mohammad Iqbal dan Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Komjen (Purn) Rudi Sufahriadi menggotong replika tongkang di Bagansiapiapi, Kabupaten Rohil, Provinsi Riau, Sabtu (22/6).

Tak sendirian, Iqbal memikul tongkang bersama Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Komjen (Purn) Rudi Sufahriadi atau Rudi Gajah.

Usai pembakaran kapal tongkang, Iqbal mengajak masyarakat untuk menjaga budaya warisan leluhur, seperti bakar tongkang ini.

“Saya melihat tradisi Bakar Tongkang ini sangat baik. Tradisi budaya turun temurun masyarakat dirawat sajak jaman dahulu, sampai saat ini masih terjaga,” kata Iqbal di lokasi setelah Bakar Tongkang.

Iqbal mengaku tradisi Bakar Tongkang di Bagansiapiapi adalah tradisi masyarakat Tionghoa. Namun, seluruh masyarakat kini ikut merayakan sebagai tradisi budaya di Riau yang banyak menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri.

“Saya melihat tadi tradisi ini dihadiri tidak hanya masyarakat Tionghoa. Kebudayaan daerah lain seperti kuda lumping, reog, semua berbaur meramaikan tradisi Bakar Tongkang,” kata Iqbal.

Selain itu, Iqbal juga melihat seluruh yang hadir saling menjaga keamanan dan ketertiban. Terbukti, kepolisian tidak perlu menurunkan banyak personel untuk ikut mengawal event nasional tersebut.

“Untuk pegamanan saja kita tidak banyak turun, tetapi masyarakat bisa menjaga ini bersama-sama. Termasuk juga menjaga keamanan dan ketertiban selama festival berlangsung,” kata jenderal bintang dua itu.

Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat mengatakan, kini event Bakar Tongkang tidak lagi menjadi milik masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi saja. 

Namun saat ini, Bakar Tongkang merupakan simbol dan pesta budaya, bahkan sudah menjadi agenda wisata nasional dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. 

“Dengan adanya prosesi event Bakar Tongkang ini diharapkan dapat menghidupkan sendi-sendi perekonomian rakyat, menggerakkan sektor pariwisata dan pendapatan asli daerah. Kemudian, mengangkat wisata budaya potensial Provinsi Riau dalam mensukseskan program Pemerintah di sektor Pariwisata Nasional,” ujar Roni.

Masyarakat Bagansiapiapi, Rokan Hilir antusias menyambut tradisi bakar tongkang.

Festival Bakar Tongkang dilaksanakan sebagai bagian dari upacara adat bakar tongkang yang sudah menjadi tradisi turun-temurun di Rokan Hilir. Itu merupakan sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan kepada dewa-dewa laut atas hasil tangkapan ikan yang melimpah.

Tradisi dari leluhur ini memiliki cerita yang sangat erat dengan kelompok imigran China pertama yang meninggalkan Tanah Air mereka, serta menetap di pulau Sumatera yang kemudian dikenal dengan nama Bagansiapiapi. Bakar tongkang berarti membakar kapal terakhir tempat mereka berlayar, pada tahun 1826.

Dalam sejarahnya, diyakini bahwa leluhur Bagansiapiapi merupakan orang Tang-lang generasi Hokkien yang berasal dari Distrik Tong’an (Tang Ua) di Xiamen, Provinsi Fujian, China Selatan. Mereka disebut meninggalkan Tanah Air dengan kapal yang mempunyai pangkalan datar.

Kapal itu digunakan sebagai alat pengangkut pasir serta mineral yang ditambang, kemudian disebut tongkang. Awalnya ada tiga kapal tongkang saat ekspedisi tersebut, tetapi cuma satu kapal yang menggapai tepi laut Sumatera.

Dalam festival budaya Bakar Tongkang Rohil 2024 ini, Pemprov Riau memberikan bantuan pada sektor-sektor pendukung agar pelaksanaan acara berjalan sukses.

Proses Ritual Bakar Tongkang dimulai dari Klenteng Ing Hok Kiong yang merupakan klenteng tertua di Kota Bagansiapiapi. Dari kelenteng tersebut, para peserta Bakar Tongkang bergotong royong, saling bahu membahu secara bergantian mengangkat replika Kapal Tongkang.

Replika Kapal Tongkang diarak dan digotong secara bergantian. Perlengkapan ornamen Tionghoa memenuhi kota itu. Seketika tampak suasana seperti sebuah China Town.

Aroma kepulan asap dari bakaran Hio atau dupa juga tercium tajam. Namun, kondisi itu tak menyurutkan niat wisatawan untuk menyaksikan tradisi tersebut.

Replika Kapal Tongkang yang diarak massa tiba di lokasi pembakaran pukul 16.55 WIB. Kemudian, dinaikkan ke atas tumpukan kertas sembahyang warna kuning atau Kim ChuaChua. Kemudian, replika kapal tongkang dibakar.

Akhirnya momen yang ditunggu-tunggu tiba, tiang layar tongkang yang dibakar jatuh ke arah darat. Menurut kepercayaan warga Tionghoa Bagansiapiapi, arah jatuhnya tiang menunjukkan keselamatan dan peruntungan usaha. Di mana peruntungan tahun ini berada di darat berdasarkan jatuhnya tiang.

Exit mobile version