Indeks

Kalah dari Uzbekistan Bukan Akhir Cerita, Asa Olimpiade Masih Ada

Timnas Indonesia U-23 kalah 0-2 dari Uzbekistan. Foto: cnnindonesia.com

JAKARTA, RADARSATU.COM – Cerita epos Timnas Indonesia U-23 menuju Olimpiade 2024 belum berakhir meski tumbang di tangan Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024.

Indonesia kalah 0-2 pada laga yang sekaligus jadi perebutan tiket otomatis Olimpiade lewat jalur finalis Piala Asia U-23 2024. Keunggulan Uzbekistan perlu diakui dalam pertandingan ini.

Bombardir Uzbekistan meluncur sporadis sepanjang laga. Setidaknya selama 10 menit awal babak pertama, Indonesia seakan tak diberi napas untuk mengatur tempo permainan.

Perbedaan postur pemain jadi salah satu faktornya. Rata-rata tubuh yang lebih bertenaga membuat tim Serigala Putih lebih unggul dalam duel udara dan solid kala beradu memperebutkan bola.

Indonesia memilih bermain cerdik dengan serangan balik cepat. Sisi kiri melalui kerjasama Pratama Arhan dan Witan Sulaeman jadi tulang punggung counter attack di paruh pertama. Ada lima skema serangan balik yang sempat merepotkan pertahanan Uzbekistan meski tak berbuah gol.

Tak ada keraguan bahwa babak pertama jadi milik Uzbekistan meski berakhir skor kacamata. Penguasaan bola kubu lawan 62 persen dan duel sukses 66 persen jadi bukti dominasi mereka.

Pola tak jauh berbeda dilancarkan Garuda Muda di babak kedua. Kombinasi serangan balik, lemparan jauh Arhan, dan skema bola mati jadi kekuatan utama Indonesia.

Cara ini sempat menyentuh puncak tatkala Muhammad Ferarri sukses merobek jala Uzbekistan di menit ke-61. Sayangnya, Ramadhan Sananta dianggap offside dan wasit membatalkan gol untuk Indonesia.

Di sini awal mula petaka Indonesia. Hanya berselang tujuh menit, Uzbekistan menghukum Garuda Muda lewat gol Khusain Norchaev. Batalnya gol Ferarri membuat Uzbekistan tampil lebih percaya diri.

Setali tiga uang dengan situasi itu, pemain Indonesia juga bermain kurang tenang. Kartu merah Rizky Ridho dan blunder Pratama Arhan di menit ke-85 adalah pengejawantahan dari turunnya performa tim ditambah naiknya intensitas lawan.

Skor 2-0 jadi jawaban dan kekalahan terpaksa ditelan. Tapi satu hal yang perlu ditekankan, cerita manis belum sepenuhnya hilang dari pandangan.

Shen Yinhao memberikan kartu merah kepada Rizky Ridho. Foto: cnnindonesia.com

Profil Shen Yinhao, Wasit Kontroversial di Indonesia vs Uzbekistan

Kekalahan Timnas Indonesia U-23 dari Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 diwarnai keputusan kontroversial dari wasit Shen Yinhao. Berikut profil sang pengadil yang mendadak viral tersebut.

Timnas Indonesia U-23 gagal melaju ke final Piala Asia U-23 2024 usai kalah 0-2 dari Uzbekistan di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Senin (29/4).

Gol-gol kemenangan Uzbekistan masing-masing dicetak Khusayin Norchaev dan gol bunuh diri Pratama Arhan.
Shen Yinhao menjadi sorotan karena mengeluarkan sejumlah keputusan yang dianggap kontroversi. sedikitnya ada tiga keputusan kontroversi yang terjadi setelah meninjau VAR.

Pertama, membatalkan tendangan bebas Indonesia karena pelanggaran yang dilakukan terhadap Witan. Kedua, menganulir gol Muhammad Ferarri, dan terakhir melayangkan kartu merah terhadap Rizky Ridho.

Selain tiga keputusan yang melibatkan VAR itu, Shen Yinhao juga membuat beberapa keputusan janggal. Salah satunya adalah tetap melanjutkan pertandingan ketika Pratama Arhan dilanggar keras di sisi lapangan yang justru membahayakan pertahanan Indonesia.

Shen Yinhao lahir di Shanghai, China, pada 6 November 1986. Ia memulai kiprahnya sebagai pengadil lapangan profesional pada 2013.

Yinhao mulai dipercaya memimpin laga internasional antara China U-23 vs Suriah U-23 pada 24 Maret 2018. Sejak saat itu, ia jadi langganan pertandingan internasional terutama di kejuaraan Asia.

Garuda Muda juga pernah memiliki kenangan pahit saat dipimpin Sen Yinhao pada laga ketiga Grup A SEA Games 2023 melawan Kamboja.

Kala itu Yinhao memberikan penalti kontroversial untuk Kamboja lantaran Muhammad Ferarri dianggap melanggar lawan di dalam kotak penalti.

Momen itu menjadi kontroversi karena dalam tayangan ulang, pelanggaran yang dilakukan Ferarri berada di luar kotak penalti. Sayang, teknologi VAR belum diterapkan di SEA Games 2023 sehingga keputusan wasit tidak bisa diubah. Beruntung tendangan penalti Kamboja mampu digagalkan Adi Satryo.

Hingga saat ini Shen Yinhao telah memimpin 141 pertandingan dengan total 498 kartu kuning, 12 dua kartu kuning berbuah kartu merah, dan 12 kartu merah langsung termasuk kartu merah kepada Rizky Ridho. *Sumber: cnnindonesia.com

 

Penulis: RedaksiEditor: Riandi
Exit mobile version