Ayo, Kita Bisa Akhiri TBC! Jika Kita Mau Peduli

Ayo, Kita Bisa Akhiri TBC! Jika Kita Mau Peduli
dr. Muhammad Rizqa, Sp.A sedang memaparkan materi “ Kupas Tuntas TBC pada Anak” dalam rangka peringatan hari Tuberculosis Sedunia. (ist)

TANJUNGPINANG, RADARSATU.com – Tanggal 24 Maret telah diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Pada tahun ini, peringatan tersebut mengusung tema “Yes, We Can End TBC”.

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dalam jumlah kasus TBC terbanyak di dunia. Sebagai bentuk kepedulian, RSUD Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) turut mendukung program pemerintah dalam upaya mengakhiri TBC.

Selain menyediakan pengobatan, RSUD Raja Ahmad Tabib juga secara rutin melakukan kegiatan edukasi kesehatan kepada pasien, keluarga pasien, dan pengunjung rumah sakit mengenai pengenalan gejala penyakit, pencegahan, dan pengobatan TBC. Pada tanggal 25 Maret 2024, kegiatan edukasi kesehatan ini dilaksanakan di ruang tunggu poliklinik rawat jalan anak.

Kegiatan edukasi kesehatan ini merupakan bagian dari program kerja Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yang telah tersusun dan terjadwal selama satu tahun, dilaksanakan dua kali dalam sebulan dengan narasumber dan tema yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan pengunjung rumah sakit.

Ayo, Kita Bisa Akhiri TBC! Jika Kita Mau Peduli
dr.Fersia Iranita Liza, Sp.P menyampaikan materi “Apa Itu TBC” (dengan semangat kepada pasien dan pengunjung yang sedang menunggu antrian poli. (ist)

Selain kegiatan edukasi, juga diberikan paket sembako Ramadhan kepada 5 orang pasien yang sedang berobat TB Resistensi Obat di RSUD Raja Ahmad Tabib.

Materi yang disampaikan dalam kegiatan edukasi kali ini mengangkat tema “Pentingnya Skrining TBC pada Anak”. Sebagai narasumber hadir Dokter Fersia Iranita Liza, Spesialis Paru, dan Dokter Muhammad Rizqa, Spesialis Anak.

Dr. Eci, sapaan akrab Dokter Fersia, menjelaskan bahwa TBC merupakan penyakit menular yang perlu diwaspadai. Jumlah kasus TBC di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, yang membuatnya menduduki peringkat kedua terbanyak di dunia setelah COVID-19. Bakteri Mycobacterium Tuberculosis penyebab penyakit TBC biasanya menyerang organ paru, tetapi kadang juga menyerang organ tubuh lainnya.

Beliau menegaskan pentingnya konsistensi dan kepatuhan dalam pengobatan TBC untuk mencegah resistensi obat dan memastikan kesembuhan pasien. Penting juga bagi keluarga pasien untuk melakukan skrining TBC dan pencegahan penularan.

Dokter Muhammad Rizqa, selaku Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Kepulauan Riau, menekankan perlunya upaya nyata dalam mewujudkan eliminasi TBC di Indonesia. Salah satu langkah penting adalah memastikan anak-anak mendapatkan pengobatan dan pencegahan TBC yang tepat.

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko TBC pada anak antara lain usia, kekebalan tubuh yang menurun, gizi buruk, dan kontak erat dengan pasien TBC. Untuk mencegah penularan, diperlukan imunisasi BCG pada bayi dan pemantauan berat badan balita secara rutin.

Ayo, Kita Bisa Akhiri TBC! Jika Kita Mau Peduli
Foto Bersama Dokter, Perawat dan Pasien Poliklinik Spesialis Paru saat pemberian paket sembako Ramadhan.

Pemeriksaan yang sering dilakukan untuk menegakkan diagnosa TBC meliputi uji tuberkulin, foto rontgen dada, dan pemeriksaan dahak. Pengobatan TBC memerlukan konsistensi dan kepatuhan dalam mengonsumsi obat selama periode tertentu.

Dokter Rizqa menutup sesi edukasi dengan mengingatkan pentingnya pemeriksaan dan pengobatan yang tepat pada anak-anak untuk mencegah penyebaran dan risiko TBC yang lebih serius.

Kesimpulannya, upaya pencegahan dan pengobatan TBC memerlukan kerjasama semua pihak. Edukasi, skrining, dan pengobatan yang tepat pada anak-anak merupakan langkah konkret menuju eliminasi TBC di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *