Indeks

PESILAT dan Kalamelayu Kepri Peringati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Pelestari Nilai Adat Tradisi (PESILAT) Dan Kalamelayu Provinsi Kepri Melaksanakan Tadarus Nabi Mi'raj di Gedung LAM Kota Tanjungpinang, Kamis, (2/2/2024) (Foto: Okta Alamsyah/Radarsatu.com).

TANJUNGPINANG, RADARSATU.COM – Dalam rangka memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Pelestari Nilai Adat Tradisi (PESILAT) dan Kalamelayu Provinsi Kepri melaksanakan Tadarus Nabi Mi’raj di Gedung LAM Kota Tanjungpinang, Kamis (2/2/2024).

Dalam kegiatan tersebut diisi dengan pembacaan Tadarus Hikayat Nabi Mi’raj oleh Sabda Bunian dan Kalamelayu kemudian dilanjutkan dengan ceramah oleh Rizaldi Siregar.

Perwakilan LAM Kota Tanjungpinang, Datok Farida memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara tersebut.

Farida juga berharap kegiatan seperti ini terus dilakukan guna menjaga dan melestarikan ke arifan lokal agar selalu dihormati dan menjadi suri teladan.

” Semoga kegiatan ini terus menerus dilakukan dan tidak hanya sampai disini saja, sebagai perwakilan adat melayu terus menjaga dan melestarikan ke arifan lokal ini agar selalu di hormati dan suri teladan,” ujarnya.

Sementara itu, Perwakilan dari PESILAT Provinsi Kepri, Datok Rendra Setyadiharja juga berharap acara tersebut dapat memberikan ilmu pengetahuan dan selalu diberikan amanah besar untuk bertakwa dan Beriman kepada Allah SWT.

” Belayar pagi menuju selat, hendak memepar memakai sampan, Kita hari ini pringati Nabi Mi’raj, Mengambil Iktibar Dalam Kehidupan. Dengan membaca Hikayat dan mendengarkan Tausiyah itu akan semakin meningkat pemahaman kita terhadap agama, Karena Melayu sejati nya sangat dekat dengan islam, ” katanya.

Ketua Kalamelayu, Priyo Joko Purnomo menjelaskan, Manuskrip Melayu utama nya di Kepulauan Riau jumlahnya sangat banyak, oleh karena itu hal menjadi khazanah kekayaan melayu yang luar biasa.

Menurutnya, Manuskrip di masa kini hanya bersifat bagaikan sebuah benda yang disimpan di balik rak-rak kaca yang awet dianggap sebagai warisan nenek moyang tanpa ada peminat.

” Literasi itu tidak hanya sekadar baca dan tulis, namun aktivitas mendengarkan hasil pembacaan itu juga menjadi salah satu wujud literasi yang sangat populer pada abad 19-20. Kehadiran Kalamelayu membuka ruang bagi peminat Manuskrip dan kami ingin manuskrip itu menjadi hidup dan menepis anggapan bahwa anak muda kehilangan untuk itu dengan dibuktikan bahwa ada 80 lebih anggota yang tergabung dalam Kalamelayu, dan jangan sampai Melayu tengelam dalam arus moderenitas,” jelasnya.*

Penulis: Okta AlamsyahEditor: Riandi
Exit mobile version