Sepi Pembeli, Rudy Chua Nilai Perencanaan Pasar Puan Ramah Kurang Matang

Anggota DPRD Kepri, Rudy Chus

TANJUNGPINANG, RADARSATU.com — Pasar Puan Ramah yang terletak di Jalan Kijang Lama Kilometer 7 Kota Tanjungpinang lalu mulai ditinggalkan para pedagang dan hanya tersisa ditempati beberapa lapak saja.

Pasar yang diresmikan pada September 2022 yang menelan anggaran daerah sebesar Rp. 3 Miliar ini awalnya difungsikan sebagai tempat relokasi pedagang terdampak revitalisasi pasar baru Tanjungpinang.

Namun, di perjalanannya banyak pedagang yang tak tahan berjualan karena sepi pembeli. Para pedagang mengaku tidak bisa lagi bertahan di pasar relokasi itu, mereka juga tidak mengharapkan solusi dari Pemko dan DPRD Tanjungpinang karena sudah berbulan-bulan tidak kunjung dapat solusi.

Menanggapi isu tersebut, Anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau Dapil Tanjungpinang, Rudy Chua menilai sepinya pembeli terjadi karena adanya perencanaan yang mungkin kurang matang dari Pemerintah Kota Tanjungpinang ketika membangun pasar tersebut terutama dari sisi keberagaman barang yang disediakan.

“Keberagaman yang dimaksud dalam hal ini adalah yang dipindahkan hanya pedagang sayur, sedangkan pedagang basah seperti ikan dll tidak pindah. Jadi untuk warga yang belanja kesana tidak mungkin belanja sayur di batu 7 terus belanja yang lain seperti ikan di tempat lain,” terang Rudy.

Menurut Rudy, perencanaan dan pelaksanaan aktifitas pasar Puan Ramah menjadi terganggu dikarenakan sifat one stop service (terpadu satu pintu) yang tidak tercapai sehingga implementasikannya tidak sesuai harapan yang membuat jumlah masyarakat yang kesana semakin berkurang.

“Pada saat masyarakat pembeli berkurang mereka (pedagang, red) otomatis mencari tempat baru yang lebih menjanjikan. Jadi saya kira itu adalah hal-hal yang wajar” ucap Rudy.

Dirinya juga mengatakan jika awalnya pasar Puan Ramah ditujukan untuk sementara sampai pasar baru siap.

“Tapi kalau alasan pasar itu sepi memang demikian, keluhan masyarakat juga demikian bahwa pasar itu tidak komplit, orang ke pasar itu kan bukan hanya ke pasar sayur tapi semuanya,” tambahnya.

Rudy juga menekankan seharusnya pada saat melakukan pembangunan dan perencanaan Pemko Tanjungpinang harus lebih matang dan tidak sepotong-potong seperti yang terjadi saat ini. Selain itu, Pemko Tanjungpinang seharusnya sejak awal menyadari kebutuhan pasar itu bersifat aneka ragam bukan hanya satu dua macam barang yang dibutuhkan masyarakat untuk dibeli.

“Dengan demikian apa yang dilakukan itu tentu tidak mencapai target yang diinginkan, karena ketika masyarakat kesana melihat tidak ragam tidak lengkap dia pulang, yang lama lama tak ada yang datang pedagang tentu pulang juga,” tekan Rudy.

Menurut, Rudy jika semisalnya Pemko Tanjungpinang kembali mengucurkan anggaran untuk membenahi kembali pasar Puan Ramah, ia khawatir upaya perbaikan akan menjadi sesuatu yang sia-sia. Ia juga mengungkapkan kondisi pedagang saat ini tergantung pada seberapa cepat pasar KUD akan siap.

“Untuk kondisi yang sekarang ini tergantung berapa lama lagi pasar KUD siap. Kalau Cuma beberapa bulan lagi saya kira kalau kita melakukan upaya pembenahan itu akan menjadi hal yang disayangkan” ujarnya.

Rudy juga menyarankan kepada Pemko Tanjungpinang agar kedepannya daerah atau pasar tersebut dapat dialihfungsikan untuk melayani masyarakat Tanjungpinang dengan cara yang lebih efisien dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sebagai pembeli secara menyeluruh.

“Tetapi kedepan bisa saja daerah atau pasar tersebut di multifungsi kan atau dialih fungsikan ke mungkin pasar yang lebih kecil untuk melayani masyarakat di Tanjungpinang, tapi harus komplit,” tutup Rudy Chua mengakhiri. (Randi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *