Daerah  

Plt Bupati Kuansing Minta Bumdes jadi Motor Penggerak Ekonomi Desa

KUANSING, RADARSATU.com – Plt Bupati Kuantan Singingi Suhardiman Amby membuka Bimtek tata kelola Bumdes sekaligus meresmikan Musala Kantor Camat Singingi, Sabtu (11/12/2021).

Suhardiman menyebut, Bumdes belum optimal mengelola potensi desa. Hal itu terbukti dari umur Bumdes yang tidak mampu bertahan lama.

“Banyak usaha yang lebih bagus untuk kembangkan Bumdes, salah satu contoh makanan ringan berbahan dasar ikan, olahan makanan ringan seperti kerupuk, bakso, dan ikan salai. Terpenting menampilkan kemasan yang menarik minat pembeli,” katanya, Sabtu (11/12/2021).

Suhardiman pun meminta agar Bumdes menjadi motor penggerak ekonomi di pedesaan sehingga masyarakat menikmati dan merasakan kehadiran Bumdes.

“Walaupun hasilnya masih minim jangan sampai muncul permasalahan, di kemudian hari program-program Bumdes telah berjalan secara baik,” tambahnya.

Deflides meminta agar capaian Kecamatan Singingi peringkat III hasil evaluasi kinerja Kecamatan tingkat Provinsi Riau tahun 2021 menjadi contoh bagi pengelola Bumdes untuk terus meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat.

Ia juga menegaskan, Bumdes yang sudah menerima penyertaan modal selama dua tahun menjadi lokomotif perekonomian desa di tahun mendatang.

“Diharapkan adalah menjadi salah satu unit usaha atau unit perekonomian untuk mensejahterakan masyarakat desa,” tegasnya.

Deflides mengucapkan terima kasih kepada Plt Bupati Kuansing yang telah meresmikan Musala Ar Rasyid di Kantor Camat Singingi.

Pembangunan Musala menggunakan sumbangan pegawai Kantor Camat Singingi, Kapolsek Singingi, dan para Kepala Desa.

Deflides menyampaikan bahwa capaian vaksinasi di Singingi sudah mencapai target yang ditetapkan oleh Pemkab Kuansing yakni 70 persen.

“Secara kumulatif telah berada pada angka 70,86 persen,” paparnya.

Deflides menambahkan, pihaknya akan terus mendorong setiap desa memiliki produk unggulan yang akan dipromosikan di bazar tingkat kecamatan.

“Kita punya program bersama Kades sejak setahun yang lalu yang kita sebut dengan one village on product (OVOP), satu desa minimal punya 1 produk unggulan,” tambahnya.

(Sartika)
Editor: Nuel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *