Indeks

Merajut Asa, Ditengah Wabah Pandemi Corona

Oleh :
SAID YOGA SAFUTRA
Mahasiswa Administrasi Publik STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang

Pulau Penyengat adalah pulau kecil yang memiliki luas hanya sekitar dua kilometer persegi. Pulau yang berjarak sekitar 15 menit dari pusat Kota Tanjungpinang dengan menggunakan kapal tradisional masyarakat setempat bernama Pompong. Untuk menyebrang ke Pulau Penyengat ini dapat kita akses dengan mengunakan kapal tradisional yaitu pompon, melalui Dermaga Penyeberangan Pulau Penyengat. Dermaga ini terletak tidak jauh dari Pelabuhan Internasional Sri Bintan Pura yang merupakan Pelabuhan bagi masyarakat setempat untuk menyeberang ke Negara Tetangga mengunakan kapal ferry cepat. Sekali perjalanan menuju ke Pulau Penyengat dikenakan Tarif tujuh ribu rupiah per orang sekali perjalanan.Namun kapal baru akan berangkat apabila penumpang telah cukup sebanyak lima belas orang. Ditengah perjalanan menuju pulau,  kita akan disuguhkan dengan hembusan angin yang menyejukkan serta hamparan laut yang menenangkan pikiran. Perjalanan yang singkat namun cukup memberikan sedikit pengalaman berkesan untuk orang – orang yang baru pertama kali mengunjungi pulau tersebut.

Setelah sampai di Pulau Penyengat kita akan di sambut dengan ramah oleh masyarakat setempat. Masyarakat yang ramah juga merupakan daya tarik bagi para wisatawan baik lokal maupun asing untuk datang berkunjung kepulau ini. Kegiatan pariwisata yang dapat kita kunjungi yang pertama kali adalah Wisata Sejarah. Dipulau yang kecil ini siapa yang menyangka bahwa tersimpan sejarah besar bagi bangsa ini. Dimana dari pulau kecil ini lah Bahasa Indonesia yang kita pakai sehari – hari yang menurut sejarah nya berasal dari Bahasa melayu.

Dipulau ini kita dapat berkeliling mengililingi pulau dengan kendaraan becak motor yang dikenakan tarif  Rp. 35.000,-, didalam berjalan berkeliling kita dapat melihat bangunan dan juga makam – makam bersejarah seperti, Makam Raja Ali Haji Yang merupakan Penyair dan Pencipta Gurindam 12 yang begitu terkenal hingga kenegeri Jiran Malaysia karena isinya merupakan cerminan atau pedoman apabila kita ingin menjalani kehidupan yang baik. Dipulau ini juga kita dapat menemukan Makan Engku Putri RajaHamidah yang dimana Pulau Penyengat ini merupakan Mas Kawin nya Engku Putri Raja Hamidah.

Selain wisata sejarah dipulau ini juga kita bisa juga menyempatkan untuk berwisata religi. Dipulau ini berdiri megah sebuah Masjid tua yang dibangun pada tahun 1832 dan menjadi salah satu masjid yang unik yang dibangun dengan menggunakan putih telur. Masjid tersebut adalah Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat.

Ditengah kepenatan kita menyusuri Pulau Penyengat, kita dapat bersantai sejenak menikmati manisnya air kepala muda dan juga makanan – makanan yang memanjakan lidah. Salah satu sektor juga yang dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung kepulau ini juga dapat berasal dari wisata kuliner.

Dari berbagai sektor pariwisata yang ada dipulau penyengat inilah sehingga mengundang minat dari para wisatawan yang ingin berkunjung ke pulau penyengat ini. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung kepulau ini baik lokal maupun mancanegara secara tidak langusng juga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Mayoritas masyarakat penyengat memiliki mata pencaharian sebagai pengendara pompong, pengendara becak motor dan juga berjualan makanan – makanan mulai dari makan seafood sampai makanan khas melayu. Semua mayoritas mata penacaharian tersebut sangat bergantung dengan banyaknya wisatawan yang datang berkunjung ke Pulau Penyengat.

Namun, pada akhir – akhir ini semenjak menyebarnya pandemi Covid -19 yang menyerang mulai dari akhir tahun 2019 dan mulai menyebar disekitar Indonesia sekitar awal tahun 2020 menyebabkan seluruh sektor perekonomian serta sektor lainnya diindonesia terkena dampaknya. Perusahaan mulai merugi sehingga harus mengurangi banyak karyawannya, ekonomi menjadi menurun serta daya beli juga menjadi menurun. Masyarakat mulai lebih kritis dan tidak sembarang lagi dalam mengerluarkan uang, semua di perhitungkan dengan matang. Dampak dari wabah Covid-19 ini juga berdampak pada sektor wisata dipulau Penyengat. Masyarakat diharuskan menjaga jarak, dilarang bepergian apabila tidak terlalu penting serta banyak orang diberhentikan dari pekerjaannya sehingga daya beli menjadi menurun.

Masyarakat Pulau Penyengat merasakan sendiri dampak dari pandemi Covid-19 ini, wisatawan yang berkunjung ke Pulau Penyengat menjadi berkurang dan sepi. Apabila dari sektor pariwisata menurun sehingga wisawatan yang berkunjung kepulau penyengat menurun maka masyarakat penyengat yang mayoritas pekerjaan nya berasal dari banyaknya wisatawan yang berkunjung kepulau penyengat akan sangat terdampak dengan penurunan wisatawan secara drastis. Untuk itu dari sulitnya menghadapi wabah virus korona ini masyarakat tetap berjuang menanti secercah harapan dan masa depan bagi masyarakat serta solusi bagi mereka untuk bertahan ditengah pandemic Covid-19 ini.

pada tahun 2016 tingkat kunjungan mengalami peningkatan hingga 2,83%. Naiknya tingkat kunjungan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya kualitas dan kuantitas promosi pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang. Beberapa kegiatan promosi yang dilakukan selama tahun 2016, seperti penyediaan sarana dan prasarana promosi pariwisata ( brosur, peta wisata, buku panduan, kalender event dan paper bag), pawai, dan pengambangan wawasan pariwisata antar daerah.

Dengan begitu pada tahun 2017 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang mengoptimalkan pencapaiannya di tahun sebelumnya sehingga tingkat kunjungan wisatawan mancanegara meningkat menjadi 17,43%. Hal ini merupakan pencapaian yang luar biasa, dimana kunjungan wiasatawan mancanegara pada tahun 2017 dengan tahun sebelumnya memiliki perbedaan 14,6%.

Kemudian pada September tahun 2020 wisatawan yang berkenjung ke Palau Penyengat menurun sekitar 80 %, dengan menurunnya wisatawan yang berkunjung sebanyak itu dipulau penyengat dapat dipastikan perekonomian masyarakat penyengat menjadi menurun. Orang yang manaiki pompong menjadi berkurang, orang yang datang untuk makan juga berkurang. Apalagi pengendara becak motor yang terkadang sama sekali tidak mendapatkan penumpang.“semenjak due menjak ni penumpang sepi, kadang satu hari tu satu penumpang pun tak ade. Jadi tak ade pemasukan siketpon, paleng tidak petang kami pegi mancing ikan untuk laok kalaudapat lebih dijual, itulah paling cara nak bertahan hidup mase covid ni” tutur dedi salah satu pengendara becak motor Pulau Penyengat (06/03/2021).

Berdasarkan penuturan salah satu pengendara becak motor Pulau Penyengat ini, wisatawan yang berkunjung dipulau penyengat menurun drastis. Menyebabkan tidak adanya penumpang yang bisa dibawa berkeliling sehingga penggendara becak motor terkadang dalam satu hari tidak mendapatkan pemasukan sama sekali. Namun tidak mau berdiam diri pasrah akan keadaan pada masa pandemi ini. Mereka pergi memancing untuk menambah pengasilan atau sekedar menyambung hidup bertahan ditengah situasi pandemi. Mereka tidak menyerah tetap berusaha bertahan sambil menunggu bantuan atau wabah pandemi ini segera berakhir.

Wabah masih merajalela pasien covid-19 kian bertambah ekonomi terus memburuk, sektor pariwisata yang seharusnya menjadi harapan bagi masyarakat pulau penyengat untuk meningkatkan perekonomian Pulau Penyengat perlahan padam seakan dihantam deruan badai virus corona. Harapan terus memudar tetapi semangat terus membara karena keadaan yang terus memaksa untuk bertahan. Banyak solusi maupun langkah – langkah yang dapat diambil maupun dikerjakan oleh masyarakat maupun pemerintah asalkan kita tidak berputus asa dan terus berusaha.

Mungkin beberapa solusi yang dapat diambil oleh masyarakat adalah mencari alternatif kegiatan lain atau pengembangan usaha yang dapat lebih menyesuaikan dengan keadaan di era pandemi ini, saling bantu membantu sesama warga dalam menarik minat serta mengembangkan sektor – sektor yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat pulau penyengat sambil menunggu bantuan pemerintah serta berakhirnya masa pandemi sesegera mungkin.

Dari segi pemerintah dapat melakukan analisis lebih mendalam lagi agar dapat lebih menyesuaikan dengan masa pandemi ini. Kemudian dapat menentukan sasaran  kepariwisataan dengan mengadakan kegiatan – kegiatan yang mengundang minat wisatawan untuk berkunjung kepulau penyengat. Mungkin perlu diadakannya lebih banyak kegiatan pameran budaya, lomba – lomba terkait dengan sastra dan budaya melayu, kegiatan rutin secara berkala seperti bazar kuliner yang diadakan dipulau penyengat atau mengadakan kegiatan tour sejarah dan religi di pulau penyengat, selain manambah pengetahuan orang akan sejarah Pulau Penyengat dan Budaya Melayu juga meningkatkan jumbah wisatawan yang berkunjung sehingga dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung kembali kepulau penyengat, maka hal tersebut diharapkan dapat mengangkat perekonomian masyarakat penyengat di masa pandemi ini. Tentunya kesemua kegiatan atau rencana – rencana tersebut tetap menerapkan protokol Kesehatan dimasa pandemi ini.

Pada era pandemi ini sektor pariwisata yang merupakan sektor utama dalam membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Pulau Penyengat malah menurun  drastis, sehingga memberikan dampak yang besar terkait dengan ekonomi masyarakat penyengat. Namun ditengah kesulitan tersebut masyarakat penyengat dituntut untuk tidak boleh berputus asa, ada pepatah mengatakan” Banyak jalan menuju roma”. Artinya banyak cara untuk kita bisa melewati wabah ini. Asal kita mau berusaha pasti kita menemukan secercah harapan tersebut. Sehingga asa yang telah kita perjuangkan dapat dapat kita nikmati bersama.

Exit mobile version