Butuh Rp 91 Triliun Bangun 7 Infrastruktur di Batam

BATAM, RADARSATU.com – – Kawasan Batam akan berubah status dari free trade zone (FTZ) menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK). Sebelum benar-benar menjadi KEK, kawasan tersebut diperintahkan untuk membangun banyak infrastruktur.

Kepala BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan dibutuhkan investasi mencapai Rp 91,96 triliun untuk membangun infrastruktur Batam sebelum menjadi KEK.

“Untuk itu ada transformasi, penguatan dari FTZ menjadi KEK, untuk itu diperlukan pengembangan infrastruktur yang kita tahu beberapa waktu lalu, Gubernur Kepri sudah menghadap presiden menyampaikan beberapa prioritas itu, tadi juga sudah disampaikan,” kata Lukita di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (6/3/2018).

Total investasi Rp 91,96 triliun untuk pembangunan infrastruktur di Batam, terdiri dari pengembangan, yang pertama Bandara Hang Nadim yang nilai investasinya Rp 2,7 triliun dengan skema pendanaan Kerja sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU). pembangunan ditargetkan pada 2019 untuk terminal 2 dan terminal kargo.

Kedua air baku atau WTP Tembesi dengan biaya investasi Rp 4 miliar dengan skema KPBU. Ketiga, pengembangan Pelabuhan Batu Ampar dengan investasi Rp 2,16 triliun. Skema pendanaan penugasan BP Batam bekerja sama dengan konsorsium PT Pelindo I (Persero). Target konstruksi 2019 dan targer operasi pada 2021.

Keempat, pembangunan proyek rumah susun yang dibutuhkan kurang lebih 300 tower dengan tinggi 10 lantai dengan desain rusunami. Estimasi nilai investasi ini Rp 7,2 triliun.

Kelima, pengembangan proyek Tanjung Sauh Container Port Project dengan nilai investasi US$ 4 miliar atau Rp 53,6 triliun (dengan rata-rata kurs Rp 13.400). Skema pendanaan bisa dengan APBN, KPBU, atau swasta dengan kompensasi. Target konstruksi empat tahun sebelum pelabuhan Batu Ampar mencapai full capacity.

Keenam, pengembangan proyek jembatan Batam-Bintan dengan investasi Rp 13 triliun. Skema pendanan belum ditetapkan namun di uka opsi dengan APBN, KPBU, dan swasta dengan kompensasi. Target konstruksi pada 2019 dan target operasi 2023.

Ketujuh, pembangunan LRT Batam dengan investasi Rp 12,9 triliun. Skema pendanaan bisa dengan KPBU. Target konstruksi 2023 dan target operasi pada 2025.

Pembangunan seluruh infrastruktur tersebut sejalan dengan konsep pemerintah yang ingin menjadikan Batam sebagai pusat logistik di kawasan regional, dan menjadi pusat bengkel pesawat alias Maintenance, Repair, Overhaul/MRO), menjadi industri pariwisata, menjadi pusat industri digital.

“Dengan konsep seperti ini maka kita berharap pertumbuhan Batam 7% bisa tercapai. Itu masterplan pertama, ditambah dengan terintegrasinya daerah, itu menjadi satu kesatuan, kita mengharapkan pembangunan ekonomi bisa mencapai 7%,” ungkap Lukita.

Dia menyebutkan yang lebih dulu akan dibangun adalah pengembangan Bandara Hang Nadim, proyek air baku, dan Pelabuhan Batu Ampar.

Selain itu, Lukita mengatakan dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun sebagai masa transisi Batam menjadi KEK dari yang sebelumnya sebagai kawasan FTZ.

“Jadi kira-kira itu yang kita bahas. Tim teknis BP Batam akan melakukan koordinasi dengan kementerian lembaga terkait, Bea dan Cukai, Perhubungan Laut dan pihak yang beroperasi di Batam, seperti Badan karantina, BPOM, saya kira itu hasil kesimpulan rakor yang membahas pengembangan batam ke depan,” tutur dia.

 

Sumber: Kepriprov

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *