Keluh Kesah Penambang Pompong Penyengat Hingga Enggan Pindah  Dermaga 

Dermaga Pulau Penyengat Tanjungpinang. (Foto: Chairuddin)

TANJUNGPINANG, RADARSATU.COM – Para penambang pompong Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) enggan pindah ke Dermaga Kuala Riau, Pelantar II.

Penasihat Organisasi Penambang, Raja Asman menyebut, pihaknya sangat mendukung rencana perbaikan dermaga itu.

Tapi hingga kini para penambang tetap tidak ingin pindah selagi belum ada kejelasan perihal Dermaga Penyengat.

“Dinas perhubungan dan pemprov sampai saat ini belum ketemu. Kami bertanya, kalau pindah ini sampai kapan? Kapan mau dibangun?” ucapnya.

Kendati demikian, ia tetap berterima kasih kepada Badan Usaha Pelabuhan (BUP) Kepri yang siap memfasilitasi mereka jika ingin pindah.

Hal itu lantaran kondisi Dermaga yang baik daripada kondisi Dermaga Pulau Penyengat yang memprihatinkan saat ini.

“Kami berterima kasih dengan BUP. Menawarkan kami untuk ke sana,” tuturnya.

Asman melanjutkan, pihaknya memang kerap mendengar kabar bahwa tidak adanya anggaran perbaikan untuk dermaga itu. Maka para penambang berinisiatif memperbaiki Dermaga itu dengan dana iuran semampunya.

Meskipun, para penambang juga masih bertanya-tanya perihal kejelasan pembangunan Pelantar Kuning tersebut.

Ia memastikan, para penambang siap pindah apabila telah ada kejelasan perihal perbaikan dermaga itu.

“Kami dapat info yang berkembang, kita tak ada uang. Kami sebagai pengguna tunggu kapan dibangun? Relokasi ini kami belum terima. Walaupun sementara. Kapan? Sebulan? Dua bulan? Kalau real, hari ini ada material besoknya kami pindah,” tegas Asman.

Sekretaris Organisasi Penambang Pompong, Hendra menambahkan, kondisi Kuala Riau belum layak untuk turun dan naik penumpang karena berhadapan langsung dengan mata angin.

“Itu membahayakan keselamatan penumpang dan tentunya membahayakan bot kami,” ucapnya.

Kemudian, olah gerak pompong tentunya masih sempit karena tempat yang kurang luas dan keluar masuk kapal padat di sekitar wilayah itu.

Terlebih lokasi itu berdekatan dengan pelantar 1 yang berisi pompong dari Senggarang dan kapal serta speed lainnya.

“Kondisi ketika air surut terendah sangat sulit untuk kami keluar masuk tangga. Akses untuk kami berlabuh sangat sempit di wilayah itu ketika air surut,” lanjutnya.

Selain itu, kondisi tempat mereka mengikat pompong ketika menunggu antrian sangat membahayakan karena posisi pelabuhan berhadapan secara langsung dengan mata angin barat.

Jika di Pelantar Kuning, para penambang memiliki banyak tempat untuk mencari perlindungan di wilayah tersebut.

Tak hanya itu, ia juga beranggapan pengelola pelabuhan BUP mengambil keuntungan dengan melebihkan kapasitas penumpang. Sementara saat ini pihaknya kesulitan.

“Kami dapat hari ini untuk besok dan besok cari lagi. Belum lagi biaya perawatan dan mesin pompong,” tuturnya.

Oleh karena itu, para penambang akan tetap menggunakan pelantar atau Pelabuhan Kuning.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *