Mengenang Akmal, Jurnalis dan Pejuang Terbentuknya Kota Otonom Tanjungpinang

Almarhum H Akmal Atatrick bersama pejabat pusat membahas pembentukan Tanjungpinang menjadi Kota Otonom. (Foto: istimewa).

TANJUNGPINANG, RADARSATU.COM – H. Akmal Atatrick yang biasa dikenal dengan panggilan Bung Akmal, merupakan seorang Jurnalis senior di Provinsi Kepri.

Termasuk salah satu tokoh yang ikut memperjuangkan Kota Tanjungpinang menjadi Kota Otonom.

Menggenang perjalanan karier sang Jurnalis fenomenal yang selalu banyak mengkritik para tokoh politik.

Ia juga merupakan kader dari PDI Perjuangan.

Akmal Atatrick lahir di Payakumbuh pada 15 Februari 1944. Menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Rakyat (SR) Balai Nan Duo, SMPN 1 Payakumbuh pada tahun 1963.

Almarhum sempat menikmati perguruan tinggi di Padang hanya beberapa bulan dan kemudian berhenti.

Tahun 1964 beliau datang ke Tanjungpinang dan menetap sejak April 1966. Pada 1968, Akmal menikah di Tanjungpinang dan mempunyai lima orang anak serta mempunyai 9 orang cucu.

Akmal dikenal sebagai seorang jurnalis sejak Kepulauan Riau masih menjadi Kabupaten hingga meningkat menjadi Provinsi Kepulauan Riau.

Tahun tahun 1968 menjadi wartawan atau koresponden Harian Api Pancasila surat kabar yang diterbitkan partai IP-KI.

Pada tahun yang sama Akmal menjadi ketua Pemuda Pancasila Kabupaten Kepulauan Riau sampai Pemilu tahun 1972.

Tahun 1973 Akmal salah seorang menandatangani fungsi partai politik Murba, IPKI, PNI, Katolik dan Perkindo di Tanjungpinang meenjadi partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Almarhum Akmal waktu itu mewakili partai IP-KI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia).

Tahun 1973 menjadi penulis lepas di majalah Varia-Jakarta, tahun 1974 menjadi koresponden Selecta Group.

Tahun 1977 Akmal menjadi wartawan Majalah Detik merangkap koordinator Riau sampai majalah tersebut dibredel Orde Baru.

Akmal juga bergabung dengan surat kabar mingguan Genta di Pekanbaru tahun 1986.

Kemudian bergabung dengan Harian Tiong Pos, tahun 1994 dipercaya oleh kelompok Jawa Pos sebagai kepala perwakilan Riau Pos di Kepulauan Riau sekaligus menjadi pimpinan sistem cetak jarak jauh atau (SCJJ) pertama di Sumatera.

Tahun 2000 sampai tahun 2003 menjadi pemimpin redaksi Tabloid Sempadan masih kelompok Riau Pos atau Jawa Pos sampai tahun 2003.

Kemudian Akmal menerbitkan surat kabar harian Segantang Lada, tapi tidak lama. Secara fungsional Akmal sejak tahun 2003 tidak memegang lagi media dan Mei 2007 Akmal menerbitkan surat kabar mingguan Radar Kepri.

Saat ini almarhum meninggalkan seorang istri bernama Sriwaty, dan kini telah dikaruniai 5 orang cicit.

Jejak almarhum juga diikuti oleh dua anaknya yaitu Irfan Antontrik dan Dwi Kemalawaty yang hingga kini masih menekuni profesi jurnalis.

Almarhum juga membentuk Persatuan Wartawan Indinesia (PWI) di Kota Tanjungpinang.

Bersama rekannya yang kini juga sudah almarhum diantaranya Edi Mauntu, Marjunis, Nasution, Sopian Tanjung.

Masih dalam keadaan sehat hingga kini yaitu seorang guru dulunya sempat terjun kedua Jurnalis dan kini dikenal sebagai budayawan Kepri yaitu Rida K Liamsi.

“Bapak bukanlah seorang camat ataupun lurah yang mewarisi banyak tanah. Tapi Bapak seorang pejuang di tanah Provinsi Kepri ini. Serta ikut berjuang dalam pembentukan Kota Otomon Tanjungpinang dan Provinsi Kepulauan Riau. Saya masih ingat waktu tahun 2001 ikut ke Jakarta menghadap Mendagri Hari Sabarno bersama Walikota Suryatati A. Manan. Saat itu Mendagri langsung meresmikan pembentukan 12 Kabupaten dan kota se Indonesia, salah satunya Kota Tanjungpinang tanggal 17 Oktober 2001,” ungkap Dewi Kemalawaty anak ke empat dari almarhum, yang biasa dipanggil Dewi.

Almarhum Akmal seorang wartawan senior yang dikenal para pejabat Kepri tanpa basa-basi. Berkecimpung di dunia jurnalistik semasa lajang hingga tutup usia pada tanggal 13 Oktober 2011.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *