Api Semangat Bung Karno Dari Ende Untuk Indonesia

ENDE – Kamis malam, 31 Mei 2018, suasana kota Ende, sebuah kabupaten di Nusa Tenggara lain dari biasanya. Terutama di sekitar Jalan Perwira dan Jalan Soekarno. Di sekitar dua ruas jalan itu,  ada jejak sejarah penting bagi bangsa Indonesia. Di sekitar jalan Perwira misalnya ada rumah tempat dulu Soekarno atau Bung Karno di asingkan oleh Belanda.

Dan di dekat Jalan Soekarno, ada sebuah lapangan besar. Lapangan Pancasila namanya. Kamis malam itu, suasana di lapangan Pancasila sangat ramai. Di sisi lapangan, tenda -tenda  di bangun berjejer. Di ujung pojok lapangan ada sebuah panggung. Warga menyemut disekitar panggung.

Begitu meriah. Di panggung bergantian ditampilkan tarian dan lagu. Hari itu Pemda Kabupaten Ende sedang menggelar hajatan penting, Pagelaran Budaya Nusantara dan Ende Culture Expo Tahun 2018. Ini hajatan yang merupakan rangkaian dari perayaan bulan Bung Karno. Sebuah perayaan yang digelar untuk memperingati hari lahir Pancasila.

Ende, adalah kabupaten yang tak bisa dilepaskan dari hari lahirnya Pancasila. Sebab di Ende, Pancasila lahir. Lahir dari sebuah perenungan Bung Karno kala merenung di bawah pohon Sukun yang ada di dekat lapangan Pancasila, tak jauh dari rumah tempat Presiden RI itu diasingkan Belanda.

Dalam perayaan bulan Bung Karno kali ini, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo berkesempatan hadir. Ia datang untuk membuka acara parade dan expo dan rencananya akan jadi pemimpin upacara dalam peringatan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni. Selepas Isya, Mendagri dengan didampingi Gubernur NTT, Frans Lebu Raya sudah tiba di tempat acara.

Dalam kata sambutannya, Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengatakan, dirinya sangat senang Mendagri bisa datang langsung ke Ende. Menurut Frans, perayaan bulan Bung Karno dan parade kebangsaan yang digelar di Ende adalah momentum bermartabat. Ini momen yang punya nilai sejarah. Sebab di bumi Ende, Pancasila lahir. Dilahirkan oleh Bung Karno.

“Kita semua tahu Ende tempat bersejarah. Di sini Bung Karno diasingkan. Di Ende Bung Karno merenung  di bawah pohon Sukun, lalu lahirlah Pancasila,” katanya.

Pemerintah NTT sendiri berpikir sangat penting untuk terus merawat jejak sejarah itu. Karena itu lahirlah gagasan bulan Bung Karno. Dan perayaan bulan Karno tahun ini adalah yang kali kedua digelar.

“Ini tahun kedua. Dalam perayaan bulan Bung Karno kami undang seluruh kabupaten dan kota di NTT. Mudah-mudahan, nanti kedepannya bulan Bung Karno bisa  dilaksanakan lebih luas, diikuti oleh kabupaten dan kota  lain dan juta  provinsi lain seluruh Indonesia,” ujar Frans.

Dengan perayaan bulan Bung Karno dan parade kebangsaan, Frans berharap, semangat perjuangan yang ditinggalkan Bung Karno tetap bisa dijaga dan dirawat. Pancasila adalah warisan terbesar dari sang proklamator itu.

“Kita harus kawal Pancasila. Tolong jaga budaya. Lestarikan ini. Wariskan pada anak cucu. Ini sangat penting disaat pengaruh luar begitu kuat. Mari  kita jaga Pancasila. Jaga jatidiri sebagai bangsa Indonesia,” katanya.

Frans bersyukur dalam perayaan hari lahir Pancasila, Mendagri bersedia datang langsung ke Ende. Sebelum Mendagri, sudah ada dua menteri yang datang menyambangi Enda, yakni Menteri Desa dan Menteri Pariwisata.

“Tahun ini Pak Mendagri bersedia datang. Mari kita jaga kerukunan.  Tapi ke daerah lain. Ende, adalah  rumah Pancasila. Dari Ende untuk Indonesia. Semoga Enda  jadi contoh bagi masyarakat Indonesia,” ujar Frans.

Usai berkeliling melihat stand-stand pameran, pada para wartawan Menteri Tjahjo mengatakan,  bulan Juni ini, bulan bersejarah. Di bulan Juni, lahir Pancasila. Ia sepakat dengan Gubernur NTT, menjadikan bulan Juni sebagai bulan Bung Karno. Sehingga semangat, nilai perjuangan, imajinasi, impian, gagasan dan konsepsi sang proklamator tetap hidup menjadi inspirasi.

“Setidaknya kita bisa mengambil inspirasi, impian dan imajinasi Bung Karno seorang tokoh nasional yang oleh Belanda di buang ke Ende, ternyata ada api semangat dari Ende yang akhirnya beliau mampu menggali dan menjabarkan Pancasila itu,” ujarnya.

Ende kata Tjahjo, adalah bagian penting dari sejarah perjalanan bangsa. Ende adalah bagian dari NKRI. Kata dia, sangat penting ada pesta budaya di Ende. Supaya publik tahu, bahwa di Ende tak hanya ada jejak sejarah, tapi di kota ini juga kaya akan ragam budaya.

“Apalagi di Ende ini antara agama sudah saling membaur. Kegotongroyongan harus digali. Musyawarah harus digali. Saya kira ini bentuk-bentuk yang harus dilestarikan siapapun yang jadi bupati, gubernur bahwa Ende sebagai bagian daripada titik negara kita bahwa di sini ada nilai budayanya, nilai pariwisatanya,” tuturnya.

Ende, lanjut Tjahjo,  bukan pulau atau kota terasing. Karena itu Ende  harus dikembangkan menjadi kota yang tak hanya  dikenal secara nasional tapi juga  internasional. Sehingga mampu untuk mempercepat pembangunan dan kesejahteraan rakyat, khususnya di Ende.

“Itu yang diinginkan Bapak Presiden Jokowi yang beliau mengeluarkan Keppres mengenai 1 Juni lahirnya Pancasila, supaya orang berpikir Bung Karno menggali Pancasila, diawali dari kota Ende ini. Di bawah pohon Sukun beliau merenungkan tentang  Nusantara ini, bukan menggali Endenya, tapi Ende bagian daripada inspirasi secara nasional,” kata Tjahjo.

Humas Kemendagri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *